
Wartawan Tim Bharindo
SUKABUMI, bharindojabar.com. – Demi uang apapun dilakukan oleh perusahaan jasa konstruksi telekomunikasi dan pemilik lahan. Mereka tidak memikirkan keselamatan orang lain dan lingkungan sekitar. Seperti terjadi di Kecamatan Caringin, Kabupaten Sukabumi, perusahaan penyedia jasa konstruksi telekomunikasi mendirikan tower atau menara telepon seluler persis di samping SDN Ciheulang Girang.
Beberapa warga mempertanyakan risiko dari keberadaan menara tersebut terhadap keselamatan para siswa yang belajar di sekolah tersebut. Apakah menara itu tidak memancarkan gelombang listrik yang dapat mengganggu kesehatan anak-anak dan warga sekitar?
Berdasarkan hasil investigasi pada Kamis (27/1/2022), SDN Ciheulang Girang berlamat di Jalan Pasirdatar Km 4 Desa Sukamulya, Kecamatan Caringin, Kabupaten Sukabumi. Proyek pembangunan tower sedang dikerjakan di samping sekolah tersebut.
Lokasi SDN Ciheulang Girang berada dalam radius tinggi tower karena nyaris tidak ada jarak. Para pekerja menyimpan material bangunan di halaman dan samping sekolah. Kesannya seakan-akan lahan sekolah itu milik nenek moyangnya perusahaan yang membangun tower.

Di tempat kegiatan pembangunan tower tidak ditemukan papan informasi tentang IMB (Izin Mendirikan Bangunan). Selain itu para pekerja tidak mengenakan alat pengaman dan pelindung diri seperti helm proyek dan baju khusus untuk pemanjatan tower.
“Kami tidak tahu nama perusahaan yang membangun tower ini karena tidak ada pemberitahuan kepada warga,” kata seorang warga yang tidak mau disebutkan namanya.
Menurut informasi dari warga, lahan yang digunakan untuk tower itu milik Neng Elis. Tentu saja Neng Elis mendapatkan konpensasi untuk sewa lahan dari kontraktor pembangunan tower tersebut yang besarannya mencapai ratusan juta rupiah jika masa kontraknya 5 sampai dengan 10 tahun.
“Waktu akan dilakukan pembangunan, warga diberi uang kerohiman. Untuk warga yang rumahnya sekat sekali dengan tower diberi 300 ribu rupiah, sedangkan bagi warga yang rumahnya agak jauh diberi Rp150 ribu. Uang dibagikan oleh Pak Mandor Ujang,” ujar warga tersebut.
Dalam prosesnya, ujar dia, warga tidak diajak rapat, tapi langsung dikasih uang. Sebagian warga mengetahui bahayanya tower di dekat permukiman atau sekolah setelah membaca artikel dari Google.
“Tapi kami tidak mungkin monolak karena tidak mempunyai kekuatan untuk melakukan perlawanan. Mereka pengusaha kuat,” katanya lagi. (*)