Jenis-jenis dan Keutamaan Itikaf di Dalam Masjid

oleh -
oleh
banner 720x90

Materi ceramah pada Reuni Akabri’86 (Adem)  Doa, Dzikir, dan Itikaf  di Masjid Al-Haadii Lapangan Tembak AKABRI  Pelempungan – Magelang, Jawa Tengah September 2021.

Oleh Kombes Pol (P) Drs. H. Jhon Hendri, S.H., M.H., Pembina, Pelindung dan Editor Senior Bharindo

banner 720x90

JAKARTA. Banyak definisi dari makna dari kata itikaf. Secara umum itikaf dapat diartikan sebagai tindakan tinggal di dalam masjid dengan niat itikaf. Menurut madzhab Imam Abu Hanifah terdapat tiga jenis itikaf yaitu itikaf wajib, itikaf sunah, dan itikaf nafil.

Itikaf wajib yaitu itikaf yang disebabkan oleh nadzar, seperti perkataan seseorang, “Apabila pekerjaan saya terpenuhi, maka saya akan melaksanakan itikaf sekian hari.” Atau tanpa bergantung kapada penunaian suatu pekerjaan, misalnya, saya mewajibkan itikaf atas diri saya sendiri selama sekian hari. Maka ini hukumnya wajib. Wajib atasnya untuk menunaikan nadzarnya sebanyak hari yang telah dia niatkan.

Itikaf sunah adalah itikaf selama sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan sebagaimana kebiasaan Rasulullah saw. yang  rutin beritikaf di sepanjang hari tersebut.

Yang ketiga itikaf nafil yaitu itikaf yang tidak ditentukan waktu dan harinya. Kapan saja diinginkan bisa dilakukan. Sehingga walaupun seseorang berniat melakukan itikaf seumur hidupnya, hal itu diperbolehkan

banner 720x90

Adapun mengenai paling sedikitnya masa itikaf, maka para ulama berbeda pendapat. Menurut pendapat Imam Abu Hanifah tidak boleh beritikaf kurang dari satu hari, namun menurut Imam Muhammad boleh beritikaf walaupun dalam masa yang singkat.

Dan pendapat inilah yang dijadikan sebagai fatwa. Oleh karena itulah dibenarkan bagi setiap orang setiap masuk ke dalam masjid agar berniat itikaf yaitu menurut kadar lamanya kesibukan dia dalam melaksanakan shalat dan ibadah-ibadah lainnya. Maka dia mendapatkan pahala itikaf itu.

Oleh Kombes Pol (P) Drs. H. Jhon Hendri, S.H., M.H.

Saya melihat orang tua saya sendiri selalu memperhatikan hal ini. Setiap kali beliau masuk masjid maka sambil melangkahkan kaki kanannya ke dalam masjid beliau berniat itikaf dan kadang kala ia mengeraskan suaranya ini dengan tujuan untuk mendidik para pelayannya.

Pahala itikaf sangat banyak, begitu juga keutamaan-keutamaannya sehingga Rasulullah saw. terus-menerus menjaganya. Perumpamaan orang yang sedang beritikaf seperti orang yang pergi ke suatu tempat yang tepat untuk memenuhi hajatnya dan tetap akan tinggal di sana sampai mendapatkan jaminan atasnya. Jika keadaannya seperti ini maka orang yang paling keras hatinya pun akan luluh dibuatnya.

Dan Allah Dzat yang Maha Pemurah akan memberikan ampunan bagi orang yang mendatanginya bahkan bagi orang yang tidak mendatanginya. Karena ketika seseorang sambil melepaskan hubungannya dengan dunia memohon di depan pintu rumah Allah maka tidak diragukan lagi tentang kepergiannya menuju anugerah Allah.

Dan seseorang yang diberi karunia oleh Allah, maka siapakah yang dapat menggambarkan kekayaannya yang sempurna, tiada seorang pun yang sanggup mengungkapkannya lebih jauh.

Imam Ibnul Qayyim berkata, “Maksud itikaf adalah menghubungkan ruh dan hati orang yang beritikaf itu dengan Dzat Allah SWT yang Maha Suci yaitu memutuskan seluruh hubungannya dengan selain Allah SWT, memusatkan perhatiannya hanya kepada Allah, dan mengalihkan kesibukannya dari selain Allah SWT kepada Dzat-Nya yang Maha Suci serta sambil memutuskan seluruh perhatian kepada selain Allah SWT.

Dengan demikian itikaf berarti menjadikan seluruh pikiran dan angan-angan semata-mata untuk mengingat-Nya dan menumbuhkan kecintaan kepadaNya sehingga tumbuhlah kecintaan yang mendalam kepada-Nya sebagai pengganti kecintaannya kepada makhluk.

Kecintaan seperti inilah yang akan bermanfaat di tengah keganasan kubur, yang pada hari itu tiada seorang pun dari yang kita cintai bisa memberi pertolongan selain Allah SWT. Apabila hati ini telah mencintai-Nya, maka betapa indah dan nikmatnya waktu yang akan berlalu bersama-Nya. (*)

No More Posts Available.

No more pages to load.