Beronjong pada Proyek Irigasi Muara Cibodas Hanya ‘Digolerkeun’, Tidak Ditaman

oleh -
oleh
Kondisi konstruksi turap pada proyek irigasi Muara Cibodas di Desa Parakanlima, Kecamatan Cikembar, Kabupaten Sukabumi yang diragukan kekuatannya oleh warga sekitar.
banner 720x90
Pemasangan beronjong yang terkesan asal nempel pada permukaan tanah.

Wartawan Tim Bharindo

SUKABUMI. Kelemahan dan kekurangan pekerjaan pada proyek pembangunan jaringan irigasi desa (Jides) Muara Cibodas di Desa Parakanlima, Kecamatan Cikembar, Kabupaten Sukabumi satu per satu terus terbuka ke permukaan. Kali ini kelemahan tersebut menyangkut pembuatan beronjong dan turap.

banner 720x90

Berdasarkan pantauan tim investigasi bharindojabar.com, Minggu (25/7/2021), pemasangan beronjong tidak dibuat terpasang kokoh pada tanah karena tidak ditanam. Kesannya beronjong tersebut hanya ‘digolerkeun’ di atas permukaan tanah.

Dalam posisi seperti ini, beronjong tersebut tidak akan kuat menahan gerakan tanah atau arus air di permukaan. Beronjong sangat rawan tergerus oleh pergerakan tanah atau air di atasnya. Beberapa warga yang melihat posisi dan keadaan beronjong tersebut merasa ngeri.

“Kalau ada arus air dan gerakan tanah, apakah beronjong itu masih bisa bertahan di tempatnya? Jujur saja saya meragukannya,” kata seorang warga Desa Parakanlima di lokasi proyek irigasi Muara Cibodas.

Pola pemasangan turap yang tidak disertai konstruksi penunjang yang kokoh.

Begitu juga untuk pemasangan batu turap atau dinding tebing saluran air yang tampak asal-asalan dan tidak menghasilkan konstruksi yang kokoh. Dari bagian turap, hanya batu paling luar atau bawah yang langsung menempel pada permukaan tanah. Seharusnya struktur turap itu ditunjang oleh konstruksi yang kokoh, baik di bawah maupun pada dinding tanah.

“Bagian turap ini juga tampak mengkhawatirkan kekuatan dan daya tahannya,” ujar warga tadi.

banner 720x90

Hal lain yang dipermasalahkan warga adalah penggunaan semen merek R yang sebenarnya kurang cocok untuk pekerjaan konstruksi di tempat terbuka seperti jaringan irigasi. Semestinya, kata dia, semen yang digunakan dari merek ternama yang mutu dan kekuatannya telah teruji.  

Sebelumnya warga menduga pembagunan saluran air yang digunakan untuk mengairi hektaran sawah petani tersebut menggunakan material yang bermutu rendah. Padahal biaya  pembangunan yang digelontorkan Pemkab Sukabumi lebih dari Rp280 juta.

Selain menggunakan semen merek tertentu yang kurang cocok digunakan untuk pembangunan Jides, pelaksana menggunakan batu kali sebagai komponen utamanya yang didapat di sekitar lokasi pembangunan. 

“Jides ini sangat berarti sekali bagi para petani untuk meningkatkan produktivitas hasil pertaniannya. Maka dibutuhkan konstruksi bangunan irigasi yang kokoh dan tahan lama. Tapi jika proses pembangunannya seperti ini, siapa yang bisa menjamin akan tahan sampai lima atau sepuluh tahun ke depan,” ujarnya. (*)

No More Posts Available.

No more pages to load.