Wartawan Budiman
LOMBOK TIMUR. Kapolsek Sikur, Polres Lombok Timur, AKP Ery Armunanto S.H. menyatakan kematian Zaenudin alias Etok (42), warga Dusun Mekar Baru, Desa/Kecamatan Sikur, Kabupaten Lombok Timur, Provinsi NTB diduga karena keracunan makanan. Indikasinya pada tubuh Etok tidak diketemukan jejak kekerasan atau bekas penganiayaan.
Penyataan itu disampaikan Kapolsek setelah melakukan olah TKP bersama jajarannya dan tim dari puskemas di rumah Etok, Sabtu (16/1/2021).
“Dari hasil olah TKP, kami melihat tubuh korban mengalami pembengkakan. Sebagian kulitnya menghitam dan mengeluarkan aroma tidak sedap. Kemungkinan keracunan makanan,” kata AKP Ery.
Temuan polisi itu didukung oleh data-data medis tim pemeriksa mayat dari Puskesmas Sikur. Ketua tim dr Farid menyatakan, pihaknya telah melakukan pemeriksaan terhadap mayat Etok disaksikan jajaran kepolisian dan aparat desa setempat.
“Berdasarkan pemeriksaan VER luar, kulit menghitam dan menyebarkan bau busuk. Di tubuh korban tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan dan bukan meninggal karena Covid -19. Diduga kuat korban keracunan makanan,” jelas Dr. Farid.
Etok ditemukan telah menjadi mayat di rumahnya oleh Mustawa, salah satu kerabat korban. Sehari-hari Etok bekerja sebagai sopir angkutan umum. Beberapa rekannya sesama sopir sudah dua hari tidak bertemu dengannya di terminal.
Para sopir menghubungi kerabat Etok bernama Muhammad Sriwijaya (48) yang juga sopir tentang Etok yang tidak muncul di terminal. Sriwijaya pun menyuruh Mustawa untuk mencari keberadaan Etok. Mustawa bergegas ke rumah Etok.
Namun rumah Etok dalam keadaan terekunci. Etok hidup sendirian di rumahnya. Mustawa memanjat pagar dan masuk ke dalam rumah melalui pintu samping. Tragis, Mustawa menemukan Etok sudah meninggal dalam keadaan terlentang dan mengeluarkan bau busuk di atas dipan kamar tidur.
Mustawa kemudian melaporkan penemuan mayat Lalu Zaenudin itu kepada keluarga yang lain. Agar kematian korban bisa diketahui penyebabnya, keluarga almarhum melaporkannya ke Polsek Sikur. Walaupun korban meninggal dengan cukup tragis, pihak keluarga menolak untuk dilakukan otopsi. (*)