Wartawan Tuti Rahmawati
Para korban longsor di Kampung Gunungsari RT 01 RW 02, Desa Cisitu, Kecamatan Nyalindung, Kabupaten Sukabumi mengalami kesulitan hidup. Mereka tinggal di rumah kerabat atau tetangga dalam kondisi serba kekurangan dan darurat. Rumah mereka hancur setelah ditimpa longsor yang diduga dipicu oleh aktivitas pembangunan peternakan ayam di kampung tersebut.
Saat ditemui Bharindo di lokasi bencana, Kamis (31/12/2020), salah seorang korban menuturkan, rumahnya hancur berantakan setelah diterjang dahsyatnya longsoran tanah yang bercampur batu. Material longsor datang dari atas tebing yang terletak di atas permukiman penduduk.
“Karena rumah kami sudah hancur dan tidak bisa ditempati lagi, kami harus mengungsi dan tinggal sementara di rumah saudara atau tetangga terdekat yang kondisinya lebih aman, ” kata dia.
Diduga longsor terjadi akibat aktivitas pengerukan tanah dan penghancuran batu batu dengan bahan peledak. Dampak dari kegiatan itu, ratusan kubik tanah yang terjun dari atas tebing menimpa belasan rumah warga yang berada di bawahnya.
“Sekarang kami mengalami kesulitan hidup karena kehilangan tempat tinggal dan mata pencaharian. Kami hidup dari belas kasihan warga,” ujar dia.
Lonsor menimpa penduduk pada Sabtu (26/12/2020). Ketika longsor terjadi, ujar dia, material batu bercampur tanah berjatuhan menimpa belasan rumah di Kampung Gunungsari. Tanah dan batu seakan menenggelamkan rumah warga. Semua rumah yang tertimpa longsor mengalami kerusakan parah.
Beruntungnya, kata dia, saat itu semua penghuni rumah bisa menyelamatkan diri dengan berlarian keluar rumah. Mereka bisa menghindari tanah dan batu yang berjatuhan.
Diperoleh keterangan dari berbagai sumber, akibat bencana itu, 2 unit rumah kondisinya rata dengan tanah dan 11 rumah lainnya terancam ambruk. Ironisnya, satu rumah yang rusak parah dalam keadaan kosong karena pemiliknya tengah bekerja sebagai TKW di Arab Saudi.
Sementara itu Kepala Desa Cisitu, Sudin Samsudin yang akrab disapa Ustadz Endin mengatakan, sebelum ada kejelasan rumah mereka dibangun, untuk sementara korban tinggal di rumah kerabat dan tetangga terdekat.
“Kami sedang melakukan negosiasi dengan pihak perusahaan untuk mencari solusi terbaik agar kehidupan warga bisa kembali normal,” kata Ustadz Endin.
Untuk mengurangi beban penderitaan korban, ujar dia, pihak perusahaan bersedia memberikan kompensasi berupa uang tunai sebesar Rp100 ribu yang dibayarkan kepada kepala keluarga korban setiap 3 hari sekali. (*)