Wartawan Tim Bharindo
Regional Jabar, Bharindojabar.com – Aktivitas penambangan pasir dan batu di lereng Gunung Merapi selama bertahun-tahun meresahkan masyarakat sekitar. Akibat penambangan tersebut, banyak kerugian yang diderita warga Desa Kemiren, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang.
Oleh sebab itu, tim dari Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jawa Tengah melakukan peninjauan di lokasi, pada Rabu (11/1/2023)kemarin, Tim yang terdiri dari lima mobil ini bergerak dari kantor Cabang Dinas ESDM Merapi.
Sejak pertama kali masuk ke jalan desa yang menuju ke lokasi pertambangan, sudah ada ratusan truk yang keluar masuk. Kondisi jalan menuju lokasi tambang juga cukup memprihatinkan. Banyak lubang dan berdebu. Padahal kanan kiri jalan ada rumah tinggal warga.
Sepanjang jalan menuju ke titik tambang, tim juga menjumpai beberapa depo pasir yang ada di kanan kiri jalan. Depo pasir biasanya digunakan untuk tempat sementara sebelum pasir dijual ke konsumen.
Setelah berjalan selama kurang lebih satu jam, tim ESDM Jawa Tengah akhirnya sampai ke lokasi penambangan ilegal. Tim kemudian mencari salah seorang penanggung jawab tambang untuk dimintai keterangan.
Kepala Cabang Dinas ESDM Merapi, Ahmad Surya Subagya, kemudian bertemu dengan penanggung jawab tambang bernama Muhammad Karunia Sabil Hidayat. Menurut pengakuan laki-laki berbadan kurus itu, pemilik tambang yang ada di koordinat 7°34’22.6″S 110°23’30.3″E dikelola oleh eks napiter Muhammad In’am.
“Siapa yang mengelola tambang di sini?,” tanya Subagya.
“Pak In’am, eks napiter,” jawab Karunia.
“Saya minta semua aktivitas dihentikan. Termasuk eskavatornya suruh berhenti sekarang,” perintah Subagya kepada pria berbaju hitam itu.
Setelah memerintahkan untuk menghentikan aktivitas penambangan, Subagya meminta KTP penanggung jawab tambang tersebut. Tapi belum sempat dimintai keterangan lebih lanjut, Karunia tak kembali menemui tim ESDM Jawa Tengah.
Perlu diketahui, Muhammad In’am alias Cak In’am merupakan warga Sleman, DIY. Dirinya diketahui eks napiter dan pernah merawat anak Amrozi saat ditahan di Nusakambangan. Kini, dirinya membentuk yayasan Lingkar Perdamaian Yogyakarta untuk merangkul eks napiter agar kembali ke NKRI.
Tim ESDM Jawa Tengah kemudian bertindak dengan memasang police line pada beberapa eskavator. Para penambang dan supir truk yang sedang antre untuk memuat pasir pun hanya bisa pasrah.
Dari pantauan drone yang diterbangkan, diketahui ada sekira 15 eskavator yang sedang menggali pasir untuk dimuat pada truk. Selama proses operasi, beberapa orang yang ada di lokasi tambang ilegal juga mengambil dokumentasi tim menggunakan ponsel mereka.
Usai berada di blok tambang yang dikelola In’am, kemudian tim ESDM Jawa Tengah bergerak menuju blok lain. Tiap blok tambang biasanya ditandai dengan inisial seperti SPR, ARM, SPM, JBB, dan lainnya yang ditulis pada batu besar sebagai penanda.
(Tim)