Wartawan Tim Bharindo
SUKABUMI, bharindojabar.com. – Pedagang rokok yang sehari-hari mencari rezeki di sekitar jalur pedestrian Jalan Ir. H. Juanda atau dikenal sebagai Jalan Dago menjadi korban ancaman orang slebor yang membawa senjata tajam (sajam). Wati, penjual rokok tersebut kini masih dalam trauma dan ketakutan atas ancaman yang menimpa dirinya.
“Istri saya masih ketakutan sampai sekarang. Maklumlah seorang wanita yang lemah diancam pria kuat yang membawa senjata tajam. Saya masih pikir-pikir, apakah kasus ancaman ini akan diselesaikan secara musyawarah atau melalui jalur hukum,” kata Ato, suami Wati ketika dihubungi wartawan, Kamis (13/1/2022).
Ancaman tersebut bermula ketika si slebor ingin membeli rokok dengan merek khusus Marlboro warna merah. Tapi dia membawa uang hanya Rp20 ribu, sementara harga rokok yang diinginkannya Rp35 ribu. Dia ngotot ingin rokok itu, sementara pemilik warung tetap bertahan dengan harga tersebut.
“Jelas dong istri saya tidak mau rugi menjual rokok di bawah harga. Dia terus memaksa ingin Marlboro merah,” ujar Ato.
Orang slebor tersebut sudah ditawari oleh temannya untuk membeli rokok Djarum Filter karena biasanya juga dia mengisap rokok ini. Dia menolak tawaran tersebut. Kemudian si slebor menyuruh istri petugas parkir untuk membeli Marlboro merah dengan uang Rp20 ribu. Tapi perempuan itu tidak bersedia untuk membeli rokok.
Akhirnya si slebor mendatangi beberapa tukang parkir sambil meminta uang. Setelah itu datang lagi ke kios rokok sambil membantingkan uang campur receh ke jalan. Wati tetap tidak mau memberikan rokok yang diminta. Dia malah memunguti uang dari jalan yang ternyata totalnya sebesar Rp27,5 ribu.

Setelah tahu uangnya kurang, si slebor pergi ke arah bawah untuk meminta uang dari tukang parkir. Salah seorang tukang parkir berinisiatif untuk membayar kekurangannya sebesar Rp8 ribu. Wati pun menyerahkan rokok kepada juru parkir tersebut.
Namun tidak disangka-sangka, si slebor datang lagi sambil membawa senjata tajam. Dia akan menganiaya Wati. Mendapat ancaman itu, Wati lari ke arah taman. Tubuhnya mengenai bangku dan dia merasa kesakitan.
“Saya ingin ada penyesaian atas kasus pengancaman terhadap istri saya ini. Supaya ada efek jera. Ini negara hukum, orang tidak boleh semena-mena mengancam orang lain,” ujar Ato yang sehari-hari aktif sebagai Anggota DPC salah satu ormas. (*)