Wartawan Dudi Surahman
JAKARTA. Bagi seluruh mahluk yang bernyawa, kematian adalah sebuah kepastian yang cepat atau lambat akan datang menjemput. Proses terpisahnya ruh dan jasad datang tanpa bisa dipercepat atau ditunda-tunda sesuai keinginan siapa pun. Dengan kata lain, kematian itu adalah hak setiap mahluk hidup dan tidak dapat dinegosiasikan.
Sebagaimana firman Allah SWT:
كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ ۖ ثُمَّ إِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
Kullu nafsin dzaaikotul maut Tsumma ilaihi turjauunn.
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan” QS. Al -Aankabut ayat 57.
Demikian hal itu disampaikan Pelindung, Pembina dan Editor Senior Bharindo Kombes Pol (P) Drs. H. John Hendri, S.H., M.H. melalui aplikasi pesan WhatApp, Minggu (5/9/202).
Penjelasan lainnya tentang kematian, kata Jhon Hendri, tercantum dalam Al-Quran Surat An-Nahl ayat 61.
فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ
Faidzaa Jaa-a Ajaluhum laa Yastakhiruuna Saaataw walaa Yastaqdimuun
“Maka jika datang waktu kematian mereka, tidak bisa mereka tunda dan mendahulukannya sedetikpun.” (QS. An-Nahl: 61)
Karena itu, ujar dia, hukum mengingat kematian adalah sunnah. Tujuannya agar setiap dari kita dapat mempersiapkan diri dengan memperbanyak amal ibadah dan selalu berbuat kebajikan. Siapa pun juga tidak ada bisa memprediksi, kapan Malaikat Izroil mengambil nyawa seseorang.
“Sebelum semuanya terlambat perbanyaklah amal ibadah terutama shalat. Karena shalat itu kunci dari segala ibadah kita. Jika baik salatnya maka baik seluruh amalnya. Jika buruk salatnya maka buruk semua amal ibadahnya,” kata Jhon Hendri. (*)