Wartawan E. Maurits Lokong
BOTIM. Rasa jengkel dan marah saat ini sedang bersarang di hati Deden Suhendar. Warga Desa Lanut, Kecamatan Modayag, Kabupaten Bolaang Mongondow Timur, Sulawesi Utara itu geram melihat tanah miliknya justru dikuasai orang lain.
Sebidang tanah milik Deden itu kini sedang dalam penguasaan Andi, seorang bos keturunan Tionghoa asal Surabaya.
Andi bisa leluasa menggarap lahan milik Deden berbekal surat keterangan penguasaan tanah (SKPT). Dengan SKPT, tanah milik Deden tersebut disulap oleh Andi menjadi areal pertambangan emas. Penggalian bongkahan emas terus dilakukan sampai kini.
Di areal tersebut, bos Andi menempatkan Reflan Brewok sebagai tangan kanannya. Reflan bukanlah orang sembarangan. Ia pernah bertugas sebagai polisi, meski berhenti. Reflan mempunyai jaringan dan relasi yang luas.
Menurut Deden, sudah beberapa kali ia berupaya meminta mediasi atas penyerobotan lahannya itu, tetapi tak pernah ada jawaban dari pihak Andi. “Beberapa kali juga saya melapor ke polisi, tapi tak pernah ditanggapi. Saya berharap Bapak Kapolri mendengar jeritan hati saya,” kata Deden, Kamis (25/2/2021).
Sementara itu dalam sebuah kesempatan, Kepala Desa Lanut, Stedie Donal Mumek membantah jika ia dituduh terlibat dalam penerbitan SKPT bodong atas lahan milik Deden. Kades Donal juga tidak setuju jika desanya disebut marak dengan praktik mafia tanah.
Menurutnya, setiap mengeluarkan surat tanah, ia dan jajarannya selalu mengikuti prosedur dari Kementerian ATR/ BPN.
“Rujukan kami jelas, bahwa masyarakat yang hendak membuat akte atau SKPT harus menunjukkan surat jual beli tanah tersebut. Jadi tidak ada dokumen itu palsu atau hasil kongkalikong,” kata Donal.
Reflan ini termasuk pemberani dan pantang menyerah. Dia didatangi oleh Kades Donal dan jajarannya untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Namun Reflan bertahan, dia tidak mau beranjak dari tanah milik Deden.
Ketika tim menginvestigasi kondisi di lapangan, wartawan berhadapan dengan sekelompok orang yang diduga dari wilayah Dumoga. Kelompok orang ini menghalau para pekerja dari Deden Suhendar.
“Torang ini datang ke sini atas perintah Bos Andi dan Reflan Brewok,” kata salah seorang dari mreka dengan wajah galak.
Saat awak media selesai melakukan peliputan, pimpinan kelompok geng tersebut melalui via telepon seluler mengancam dan akan bertemu untuk melakukan perhitungan. Di akhir pembicaannya, dia mengatakan ‘a***ng kepada wartawan. (*)