Wartawan Tim Bharindo
Nasib Pekerja Migran Indonesia asal Sukabumi ini sungguh mengenaskan. Tenaga Kerja Wanita (TKW) bernama Kartika itu harus mengalami dioper dan disiksa oleh agen lalu bekerja di Turki di rumah yang penghuninya 7 keluarga. Akibat siksaan fisik dan kelelahan, Kartika harus menjalani operasi pengangkatan rahim sampai dua kali.
Aslinya Kartika berasal dari Kampung Pasir Bengkung RT 02 RW 05 Desa Bojongtugu, Kecamatan Curugkembar, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan penuturannya kepada keluarga di kampung halaman, dia kini masih bekerja di Tukri. Kalau tidak segera dilindungi, Kartika bisa mengalami penderitaan fisik yang lebih parah karena bekerja di rumah dengan tujuh kepala keluarga.
“Sponsor harus bertanggung jawab untuk memulangkan Kartika dan mengurus hak-haknya yang belum dibayar,” kata salah kerabat Kartika kepada wartawan, Rabu (17/2/2021).
Kartika menjadi pekerja migran di Timur Tengah melalui sponsor bernama Ana yang tinggal di Perum Baros Kencana dan sponsor dalam bernama iye yang beralamat di Bogor. Kartika ikut pemeriksaan kesehatan di Jakarta dan bikin paspor di Tasikmalaya. Dia sama sekali tidak ingat nama perusahaan penyalur jasa tenaga kerjanya dan tempat pemeriksaan kesehatan.
Singkat cerita, dia lulus medical check dan memilik paspor. Rencana awal dia akan terbang ke Abu Dhabi. Tapi di Bandar Abu Dhabi dia dijemput agen yang membawanya ke Syarikah Dubai.
“Di Syarikah Dubai, saya dipekerjakan selama satu bulan tanpa digaji. Di tempat itu saya juga mendapatkan perlakuan tidak manusiawi dari mudir yang mempekerjakan saya. Sering kali saya mendapatkan kekerasan fisik dan tekanan psikis,” kata Kartika seperti dituturkan kepada keluarganya.
Dia sering dipukuli dan ditendang oleh mudir bernama Maesun. Suatu hari dia mengalami pendarahan hebat setelah ditendang di bagian pinggang sebelah kiri dan perut. Petugas tersebut menjalankan aksi kejamnya sambil membawa pisau. Dalam satu hari dia mengalami tiga pukulan dan tiga tendangan, kadang-kadang lebih.
“Selama satu bulan dipekerjakan di kantor syarikah, saya tidak mendapat gaji,” ujarnya.
Setelah itu dia dioper lagi ke kantor syarikah di Turki. Di sana Kartika mendapat pekerjaan di rumah dengan tujuh kepala keluarga. Praktis Kartika tidak mempunyai waktu untuk beristirahat. Dia mendapat kontrak kerja selama 2 tahun 6 bulan. Padahal berdasarkan kontrak di Indonesia, jangka waktunya cuma dua tahun.
Setelah dua tahun bekerja, dia hanya mendapat gaji sebesar 300 dolar. Karena kelelahan, Kartik sakit dan masuk rumah sakit. Dia harus menjalani operasi pengangkatan rahim sebanyak dua kali karena operasi yang pertama gagal.
“Kedua sponsor saya sama sekali tidak bertanggung jawab. Tidak ada komunikasi. Saya di sini tidak mendapat perlindungan. Setelah operasi, saya langsung dipekerjakan kembali oleh majikan,” tutur Kartika.
Sampai sekarang dia tidak terima atas penganiayaan yang dialaminya di Syarikah Dubai. Karena siksaan itu, Kartika harus menjalani operasi pengangkatan rahim. Komitmen awal dia akan bekerja di Abu Dhabi, malah diperjualbelikan hingga mendapat siksaan di Dubai dan bekerja di rumah dengan tujuh kepala keluarga.
“Sekarang saya berada di Turki. Saya minta kepada Ibu Ana sebagai sponsor yang memberangkatkan saya untuk bertanggung jawab atas semua penderitaan yang saya alami selama dua tahun lebih. Mohon segera memproses kepulangan saya dari Turki ke Indonesia,” kata Kartika. (*)