11 Tahun di Arab Saudi, Wanita Asal Karawang Hidup Merana di Kota Abha

oleh -
oleh
Inilah Maryati, pekerja migran asal Karawang yang bekerja di Arab Saudi. Berdasarkan cerita yang disampaikan kepada pekerja migran yang lain, dia sudah 11 tahun hidup merana di rumah majikannya.
banner 720x90

Wartawan Dudi Surahman

MANCANEGARA. Cerita pilu PMI (Pekerja Migran Indonesia) perempuan yang dulu disebut TKW (Tenaga Kerja Wanita) seakan tidak ada habisnya. Baru-baru ini, seorang PMI asal Karawang bernama Maryati diketemukan oleh PMI lain bernama Lisnawati di Jedah, Arab Saudi dalam kondisi merana dan tersiksa.

banner 720x90

“Pertemuan antara Lisnawati dan Maryati terjadi di Jedah. Dari pertemuan itu terungkap kisah sedih yang dialami Maryati,” kata Handayani, narasumber yang menyampaikan pertemuan dua PMI perempuan tersebut kepada wartawan via WhatsApp, Sabtu (30/1/2021).

Diceritakannya, pertemuan antara Maryati dan Lisnawati terjadi di arena tempat bermain anak-anak di Jedah pada Jumat (22/1/2021). Pada waktu itu Maryati secara diam-diam mendekati Lisnawati karena takut diketahui majikannya.  

Dengan berurai air mata sambil menunjukkan bekas luka, Maryati menceritakan penderitaannya selama 11 tahun bekerja di sebuah keluarga bernama Naif di Kota Abha yang terletak di Provinsi Asir, sebelah barat daya Arab Saudi. Abha merupakan tempat wisata di kawasan pegunungan.  

Selanjutnya, mereka berkenalan. Maryati menyebukan nama dan nama orang tuanya yaitu Kantil Simun di Desa Kondangjaya, Kecamatan Karawang Timur, Kabupaten Karawang. Dia mendekati Lisnawati lalu menyerahkan secarik kertas bertuliskan nama dan alamat lengkap keluarganya di Indonesia serta nama dan alamat majikannya.

Awalnya Lisnawati sempat ketakutan untuk menerima kertas dari Maryati tersebut. Dia tidak ingin ada masalah di negeri orang. Kertas baru diterima Lisnawati setelah sang majikan memintanya untuk membantu sesama warga Indonesia.

banner 720x90

“Teh tolong bantu, saya sering disiksa dan ingin pulang. Sudah 11 tahun tidak kunjung dipulangkan majikan. Saya tidak mau minta bantuan sama siapa-siapa lagi. Kebetulan melihat Teteh seperti orang Indonesia. Saya pun sembunyi-sembunyi mendatangi Teteh takut ketahuan majikan saya,” ucap Maryati dengan isak tangis.

Selain menceritakan keadaannya selama 11 tahun bekerja pada keluarga Naif di Kota Abha, Maryati juga menunjukkan beberapa luka memar dan bekas jahitan pada tangan kanan. Itu jelas bekas sayatan.

“Sekali lagi, mohon bantuan Teh. Saya sudah enggak kuat disiksa dan diperlakukan semena-mena oleh keluarga majikan. Kalau Teteh tidak bisa membantu, tolong bisa minta bantuan pada yang lain,” tambah Maryati.

Lisnawati pun turut prihatin dengan penderitaan yang dialami Maryati. Sebagai orang yang dititipi amanah, dia menyebarkan kisah pertemuannya dengan Maryati lewat media sosial. Dia juga membagikan informasi kepada beberapa PMI dan aktivis perlindungan PMI, salah satunya Handayani.

“Semoga keluarga di Karawang dapat segera melaporkan untuk mengurusi pemulangan Teh Maryati dari Arab Saudi. Rekan-rekan di Tanah Air bisa membantu keluarga Pak Simun yakni orang tua Teh Maryati agar anaknya bisa terbebas dari si majikan yang kejam,” tutur Lisnawati pada status yang dibagikan lewat media sosial. (*)

No More Posts Available.

No more pages to load.